Era Teknologi; Kemajuan atau Kemerosotan Moral?
Nova Fitriani Sundary
Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam
UIN Imam Bonjol Padang
Transformasi yang sangat pesat telah terjadi ada pada era ini, teknologi digitalisasi telah mengubah jagat raya dengan segala kemajuan yang dibawanya. Bagaimana caranya mempengaruhi semua orang, yang jelas saat ini seluruh orang seakan akan tunduk dalam kekuasaanya. Hari demi hari telah berubah, kopi hangat dan koran yang menjadi saksi manisnya pagi sekarang telah berganti menjadi hiruk pikuk gawai yang tiada henti. Sarapan Bersama keluarga seakan sepi ketika seluruh nya tunduk dihadapan gawai masing-masing, sungguh apa yang sebenarnya terjadi? Inikah yang dinamakan kemajuan atau justru kemerosotan?.
Albert Einstein seorang ilmuan jenius abad ke-20 pernah mengatakan ‘’Kemajuan teknologi seperti kapak di tangan seorang penjahat patologis’’. Kutipan tersebut menyirati makna yang sangat mendalam. Teknologi diisyaratkan dengan sebuah kapak sesuai dengan fungsi yang di inginkan, di tangan seorang petani dapat menebang pohon dan membuat rumah sementara di tangan para perompak dapat membunuh seseorang dengan kesadisan. Penjahat patologis dianalogikan sebagai manusia yang kehilangan nilai, akal, serta moral kemanusiaanya.
Zaman sekarang teknologi bisa saja menjadi teman dan bisa pula menjadi musuh bagi penggunanya. Teknologi yang didasarkan pada penggunaan yang memiliki moral dan etika maka akan membawa pada kemajuan, sebaliknya teknologi yang digunakan oleh seorang yang tidak bermoral dan berkemanusiaan maka teknologi akan membawanya jauh merosot ke jurang ketidakberdayaan. Era kemajuan dari teknologi yang bersamaan dengan digitalisasi bukanlah hal yang mudah. Tantangan demi tantangan yang Kian banyak terjadi, diharapkan bagi kita mampu mengalokasikan diri dalam kemajuan ini.
Cybercommunity yang ada saat ini menjadi contoh nyata bahwa seorang pengguna harus bertindak dan memilih lingkungan yang bermoral dan beretika. Komunitas dunia maya tidak selalunya memberikan ruang positif bagi penggunanya. Justru saat ini sudah banyak yang menyalahi aturan dan etika dalam konteks kemanusiaan. Sebagaimana yang terjadi baru-baru ini lewat akun TikTok dengan username Sadam Permana yang membahas mengenai komunitas di media social Facebook dengan nama “fantasy sedarah”. Komunitas ini bergerak dalam konteks kekerasan seksual sedarah. Korban dari tindakan tersebut tidak semata-mata kepada orang lain melain kepada anggota keluarganya sendiri. Miris, tapi itulah yang mereka lakukan berbagi cerita serta pengalaman yang tidak masuk akal.
Ketika komunitas ini muncul dipermukaan publik, seluruh orang beramai-ramai menaikan tagar. Namun hal tersebut menjadi lebih serius lantaran komunitas ini tidak tinggal diam, mereka dengan cekatan berusaha menutupi kegelapan dengan berganti nama menjadi komunitas “suka duka”, terlihat cerdik dan licik namun tidak mudah untuk membohongi Algoritma. Para netizen dengan cekatan memberikan info terbaru pada lama komentar TikTok Sadam Permana, salah satu dari mereka mengatakan bahwa komunitas ini sudah lebih dulu mengganti namanya.
Nessiejudge salah satu influencer turut memberikan komentar dengan mengatakan “ini banyak sebenarnya yang ngayal doang, bahkan pakai foto-foto orang random buat bikin postingan-postingan ngaco, tapi malah menginspirasi orang gila lain buat jahat beneran karena dikira ada orang-orang yang menormalisasikan hal seperti ini. Lingkaran setan”.
Komentar Nassie ini menjadi sangat jelas lantaran komunitas ini mesti tidak berdiri dengan begitu saja, pasti ada pemantiknya. Di era teknologi yang semakin canggih ini orang-orang bisa dengan mudah melakukan apapun, banyak hal-hal yang dikatakan “random” dinormalisasikan saat ini. Itulah mengapa penting untuk menyaring terlebih dahulu apa yang akan kita sampaikan dan lakukan di zaman sekarang. Karena kita tidak tau dari mana sudut pandang seseorang itu melihat bentuk kecanggihan, bisa saja dari sudut pandang yang negatif dan berujung seperti komunitas ini.
Miris rasanya ketika moral dan etika tidak dipergunakan pada zaman sekarang, kemudahan yang di berikan oleh teknologi justru malah membuka jalan buruk bagi orang-orang yang tidak memiliki kesehatan pada akal pikiranya. Teknologi bukanlah suatu kesalahan, namun orang-orang yang menggunakanya yang menjadikan itu sebagai suatu kemerosotan moral. Teknologi itu tidak netral, dia akan mengikuti alur siapa yang menggunakanya dan untuk apa dia digunakan.
Teknologi yang tidak dilandasi dengan kemanusiaan maka akan menjadi awal dari kehancuran. Dengan ini sangat diperlukan bagi kita untuk mengembangkan teknologi yang beretika dan membangun demi kebaikan bersama, bukan sebagai pencetus keburukan yang dapat berakibat fatal semata. Pada akhirnya, teknologi tidak menjadi suatu kemajuan melainkan menjadi jurang kemerosotan moral. Seharusnya, teknologi yang hadir dapat kita pergunakan dalam membantu dan menanamkan sikap kemanusiaan. Bukan sebagai tindakan yang menyalahi aturan etika dan nilai-nilai kemanusiaan.